Hadiah Ulang Tahun di Seperempat Perjalanan Hidupku

Tahun ini terasa berbeda. Bukan hanya karena angka usia yang makin bertambah, tapi karena akhirnya aku memutuskan untuk menghadiahkan sesuatu untuk diriku sendiri dalam sebuah perjalanan, bukan benda. Sebuah perjalanan ke dua gunung indah di Wonosobo yaitu Gunung Prau dan Gunung Kembang.

Di tengah hiruk pikuk hidup yang kadang terlalu cepat berlari, aku ingin berhenti sejenak. Menyentuh tanah, mencium kabut dan embun pagi, dan merasakan kembali bahwa aku, sekecil apapun, tetaplah bagian dari semesta yang besar ini.

Gunung Prau - 3 April 2025

Perjalanan dimulai dari Gunung Prau. Jalurnya mungkin tidak terlalu terjal, tapi langkahnya terasa penuh makna. Hembusan angin di sela-sela rumput, suara dedaunan bergesekan, dan kabut tipis yang seolah membungkus kami, semuanya seperti bisikan kecil dari semesta.

"Tenang saja, kamu sedang berjalan di jalan yang benar"

Saat sampai di puncak, aku melihat hamparan bukit-bukit kecil yang berjejer rapi, seolah bumi sedang tersenyum. Di pagi itu pukul 05.30 WIB tiba di Sunrise Camp Gunung Prau, berharap pada pagi itu langit masih cerah. Walau di awal sedikit kecewa karena gunung-gunung yang berada di depanku tertutup oleh kabut, tapi ternyata rasa kecewaku hanya sekelibat belaka. Aku bisa melihat megahnya Gunung Sindoro beserta adiknya Gunung Kembang dan sahabatnya Gunung Sumbing. Dari kejauhan aku bisa melihat juga Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, dan Slamet, seolah menyapaku agar aku bisa mengunjungi mereka juga.

Perjalananku tidak terhenti di Sunrise Camp, karena aku orangnya curiousitynya sangat tinggi, aku mencoba mencari Puncak Gunung Prau yang katanya ketinggiannya sekitar 2590 mdpl itu. Selama kurang lebih 40 menit perjalanan sampai di Puncak, ternyata pemandangan di Puncak Prau juga tak kalah indahnya. 

Gunung Kembang - 5 April 2025

Petualangan berlanjut ke Gunung Kembang yang katanya Gunung terbesih dan tidak ada sama sekali sampah. Meskipun tingginya tidak setinggi gunung-gunung besar lainnya, Kembang punya caranya sendiri untuk mengajarkan sesuatu, bahwa keindahan tak harus megah, dan perjalanan tak harus panjang untuk bisa bermakna.

Trek menuju puncaknya cukup curam, penuh tantangan, tapi semua itu sepadan. Dari atas sana, aku bisa melihat Gunung Sindoro berdiri gagah, seperti seorang kakak yang diam-diam memberikan semangat. Di Kembang, aku belajar bahwa kadang, hal-hal kecil justru membawa pelajaran terbesar, sabar, konsisten, dan terus bergerak meski pelan.

Aku juga bertemu dengan teman baru selama diperjalanan, seperti Allah mempertemukan kita itu benar-benar tidak disengaja. Sebelum ini, aku dan sepupuku sampai agak telat di basecamp, dan aku gak merasa kecewa ketika kita mulai summit itu tidak pagi-pagi buta seperti di Prau karena aku merasa tidak ada yang perlu dikejar. Tetapi, mungkin itu satu-satunya jalan yang Allah tunjukkan, dengan dipertemukan teman baru yang berasal dari kampus yang sama dan OMDA yang sama, aku jadi punya kenalan baru di tempat yang aku sendiri gak pernah duga.


Bagi sebagian orang, hadiah ulang tahun mungkin berbentuk barang-barang cantik atau pesta meriah. Tapi buatku, hadiah terbaik tahun ini adalah bisa bertemu diriku sendiri. Lewat langkah-langkah yang mungkin lambat, lewat napas yang tersengat-sengat, lewat pemandangan yang menakjubkan, aku belajar bahwa hidup itu bukan tentang cepat-cepat sampai.

Tapi tentang menikmati detik perjalanan sekecil apapun itu.

Aku mungkin belum sepenuhnya tahu mau jadi apa di sisa perjalanan hidupku ini. Tapi satu hal yang aku tahu pasti, aku mau terus berjalan, mencintai prosesnya, dan mengingat bahwa di tiap tanjakan hidup, selalu ada pemandangan indah yang menunggu di atas sana.

Selamat ulang tahun untukku. Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Semoga langkah-langkah ini selalu dalam petunjuk-Nya, dan semoga semesta terus berbaik hati mempertemukanku dengan keajaiban-keajaiban kecil di sepanjang perjalanan.


Komentar

Postingan Populer