Longing
![]() |
Lautan awan Gunung Merbabu via Suwanting 6 September 2025 |
Longing, sebuah rasa rindu yang begitu dalam, bukan hanya pada seseorang, tapi juga pada tempat dan suasana yang membuat hati ingin kembali. Perasaan itu yang aku rasakan setelah menapaki jalur Merbabu via Suwanting pada 5–7 September 2025.
Awalnya aku tak berniat naik gunung lagi setelah perjalanan ke Gede di Agustus. Tapi ajakan mendadak dari temanku, Dicky, di grup whatsapp rombongan Gunung Gede bulan lalu membawaku pada keputusan yang tak terduga. Ditambah jalur Suwanting memang sudah lama jadi wishlist-ku. Tanpa pikir panjang, aku mengajak Tintin, sahabat sekaligus partner mendaki yang akhirnya jadi “kunci izin” dari orang tuaku.
Perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Tegal, lalu ke Suwanting. Hampir 12 jam perjalanan, lebih lama dari mudik ke Banjarnegara atau Wonosobo. Tapi justru panjangnya perjalanan itulah yang membentuk cerita.
![]() |
Lautan awan sepanjang perjalanan menuju Pos 3 Dampo Awang 6 September 2025 |
Di sepanjang jalur, aku bertemu teman-teman baru. Obrolan dengan logat ngapak yang sama membuat perjalanan terasa lebih dekat. Rasa lelah terasa ringan sampai Pos 3, meski sempat takut melewati jalur berpasir dengan jurang di kanan-kiri. Rombongan yang sampai duluan di pos 3 adalah rombongan aku bersama Tintin, Dicky, Mas Yusuf, Mas Rian, Mas Adin, Baim, dan Mas Amar. Ada rombongan lain yang masih tertinggal di belakang ada Bang Rafii, Difa, Mba Yuni, Mas Adi, dan 3 kawan perempuan lainnya.
![]() |
Sunset via Suwanting 6 September 2025 |
Segala letih terbayar lunas ketika sampai di Pos 3. Hamparan lautan awan, gagahnya Merapi, Sindoro, dan Sumbing, ditambah sunset yang menawan, semuanya seperti hadiah. Aku teringat kalimat dalam film Sore:
"Tahu gak, kenapa senja itu menyenangkan?
Kadang ia merah merekah bahagia.
Kadang ia hitam gelap berduka.
Tapi langit, selalu menerima senja apa adanya"
Malam itu semakin indah dengan bulan purnama berwarna keemasan yang terlihat jelas.
![]() |
Full moon 6 September 2025 |
![]() |
Sunrise di Puncak Kentengsongo 7 September 2025 |
Pukul 02.30 dini hari, kami memulai summit ke Kentengsongo. Jalurnya berpasir dan cukup menantang, tapi rasa lelah hilang ketika matahari perlahan muncul. Sunrise, lautan awan, bintang-bintang, hingga bulan purnama, semua berpadu menjadi harmoni langit Merbabu.
Sungguh tak menyangka, aku bisa mendapat rangkaian pemandangan yang lengkap sekaligus.
![]() |
Sindoro, Sumbing, Kembang, and Prau dari Merbabu 7 September 2025 |
![]() |
Merapi dari Merbabu 7 September 2025 |
![]() |
a magnificient view of Merbabu via Suwanting 7 September 2025 |
Yang membuat perjalanan ini semakin berkesan bukan hanya keindahan pemandangannya, tapi juga momen kebersamaan, saling menolong ketika ada yang kesulitan, bercanda ringan dengan bahasa ngapak yang bikin hangat suasana, hingga berbagi rasa takut di jalur berjurang. Momen saling menolong itu kembali menegaskan, di gunung, kita bukan hanya berjalan untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Merbabu mengajarkanku bahwa perjalanan bukan soal sampai puncak saja, tapi juga tentang ikatan dan pelajaran yang terbentuk di sepanjang langkah.
Dan kini, setelah turun, yang tertinggal hanyalah rasa longing...
Rindu akan pemandangan, suasana, dan kebersamaan itu. Rindu yang mungkin hanya bisa terobati dengan kembali lagi suatu hari nanti.
![]() |
dari aku yang pernah rebahan di sabana Suwanting |
Komentar
Posting Komentar